Kamis, 14 Mei 2015

MAKALAH SIMBOL DALAM TAMADUN MELAYU



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATARBELAKANG MASALAH
Pakian adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut dan sampai ujung kaki, adapun pakaian yang dipakai setiap hari mempunyai dua fungsi besar yaitu yang pertama pakaian sebagai penutup tubuh dari gangguan cuaca, dan yang kedua pakian untuk menunjukkan status sosial. Pada fungsi kedua yaitu pakaian menunjukkan status sosial juga dapat dikembangkan kedalam dua bagian besar yaitu pakaian Nasional dan paikain Tradisional, pakaian tradisional merupakan pakaian yang menunjukkan ciri dari suatu daerah.
Pakaian juga merupakan symbol budaya yang menandai perkembangan akulturasi dan kekhasan budaya tertentu. Pakaian tradisional Melayu terdiri dari berbagai macam jenis pakian. Jenis pakaian biasanya tergantung pada situasi dan kondisi si pemakai dan kegiatan yang dilakukan.
Bagi orang melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dingin, juga mengisyaratkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.[1]
Dalam makalah ini tidak hanya menyinggung mengenai simbol-simbol pakian adat Melayu disini kami juga menyinggung mengenai simbol atau lambang-lambang yang terkadung di  dalam seni bangunan tradisional Melayu.
Adapun yang melatar belakangi makalah ini yaitu agar penyusun dan pembaca dapat mengetahui dan memahami apa saja makna dari simbol adat istiadat melayu baik dari segi simbol pakaian maupun seni bangunan tradisional sebagai nilai budaya melayu.

BAB II
PEMBAHASAN
SIMBOL DALAM TAMADUN MELAYU

Sebelum kita kaji lebih dalam lagi mengenai simbol dalam tamadun Melayu, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu simbol. Menurut kamus lengkap bahasa indonesia simbol artinya lambang[2]
Dalam tamadun Melayu simbol bisa ditijau baik dari segi pakaian adat Melayu dan dalam seni bangunan tradisional Melayu, dimana dalam simbol atau lambang- lambang tersebut mewujudkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

A.      PAKAIAN ADAT MELAYU
Fungsi pakaian bagi orang Melayu selain sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dingin juga mempunyai lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Dengan bersebatinyalambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahakdalam kehidupan orang Melayu. Berbagai ketentuan adat  mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat istiadat sehingga pakian berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Adapun makna dari pakaian Melayu juga dikaitkan dengan fungsinya yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala.[3]
Adapun jenis-jenis pakaian dalam masyarakat melayu Riau dibedakan dalam tema sebagai berikut :
a.    Pakaian harian dimana pakaian ini dikenakan sehari-hari.
b.    Pakaian setengah resmi yaitu pakaian yang dikenakan untuk acara-acara seperti menghadiri pesta perkawinan, pertemuan tamu-tamu penting.
c.    Pakaian adat yaitu pakaian yang dikenakan pada saat upacara adat seperti pemberian gelar dan menyambut tamu-tamu penting.
d.   Pakaian pengantin yaitu pakaian yang dikenakan pada saat persta perkawinan.
e.    Pakaian keagamaan yaitu pakaian yang dikenakan pada saat upacara agama atau ritual[4]

B.       SIMBOL DALAM PAKAIAN MELAYU
1.    Motif Atau Hias Pakaian
Setiap pakaian dalam adat melayu mengandung symbol yang mengandung makna tertentu, sehingga dalam pakian melayu terdapat beberapa symbol yaitu semut beriring, itik pulang, naga berjuang, bunga-bunga,a kar pakis, pucuk rebung, tampuk manggis, bunga kundur, kuntum tak jadi, segi wajik, bintang-bintang, sayap layang-layang.
2.    Lambang dan Bentuk Kain
Ø Sirih setangkai, lambang penghormatan.
Ø Kelapa dua jari, lambang keturunan.
Ø Mayang pinang, lambang kecantikan.
Ø Paying, lambang tempat bernaung, sifat sosial.
Ø Panji-panji serta umbul-umbul, lambang keragaman persukuran masyarakat.
3.    Arti Warna
Ø Kuning, digunakan untuk raja-raja dan bangsawan sebagai lambang kekuasaan.
Ø Merah, digunakan untuk masyarakat lambang kerakyatan.
Ø Hijau dan putih, digunakan untuk alim ulama lambang agama Islam.
Ø Biru, digunakan untuk orang besar kerajaan, lambang cakrawala yang lepas dengan air laut dan langit.
Ø Hitam digunakan pemaku dan pemuka adat, lambang hidup dikandung adat, dan kebesaran hulubalang atau panglima.
Ø Coklat, digunakan untuk penghulu istana dan bangsawan, lambang ketaatan dan kepatuhan melaksanakan tugas.
4.    Cara Memakai Pakaian
a.    Bagi perempuan
Ø Bagi anak gadis harus memakai kepala kainnya didepan.
Ø Bagi orang perempuan tua memakai kepala kainnya disamping kanan.
Ø Perempuan yang bersuami, tapi belum tua memakai kepala kainnya dibelakang.
Ø Bagi yang janda memakai kepala kainnya disebelah kiri.
b.    Bagi laki-laki
Ø Bagi raja kepala kainnya boleh ditempatkan dimana saja (bebas) tapi lazimnya sebelah belakang barat kedepan.
Ø Bagi kaum bangsawan kepala kainnya sebelah belakang berat kekanan.
Ø Bagi orang besar kerajaan kepala kainnya sebelah belakang berat kekiri.
Ø Bagi putra mahkota (putra raja) kepala kainnya sebelah kanan berat kedepan.
Ø Bagi datuk-datuk kepala kainnya sebelah kiri berat kedepan.
Ø Bagi orang awan kepala kainnya dibelakang penuh.

Pada akhirnya, symbol-symbol dalam pakaian orang Melayu adalah sebagai berikut :
·      Menunjukkan identitas orang Melayu sendiri.
·      Mencerminkan status seseorang seperti raja hulu balang dan rakyat biasa.
·      Mencerminkan jati diri dan kepribadian orang melayu.
·      Sebagai simbol atau lambang keluhuran seluruh masyarakat yang menunjukkan nilai-nilai sebagai manusia yang berperadaban.
·      Merupakan keagungan puncak kebudayaan melayu.[5]

C.      SIMBOL DALAM SENI BANGUNAN TRADISIONAL MELAYU
1.      Fungsi dan Bentuk Bangunan
Setiap bangsa dan suku bangsa dan suku bangsa tentulah memiliki arti. Dimana fungsi dan bentuk bangunan tradisional sebagai ciri khasnya, disamping nilai-nilai Universal yang dikandungnya. Demikian pula halnya dengan orang Melayu. Bahwa wilayah melayu yang besar itu mempunyai persamaan dan perbedaan jika diperhatikan lebih mendetail.
Bangunan tradisional Melayu adalah suatu bangunan yang utuh, yang dapat dijadikan tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradap berkerukunan, dan tempat pelindung bagi siapa saja yang memerlukannya. Menurut tradisi orang Melayu Riau percaya kepada emapat cahaya dibumi dimana terdiri dari rumah tangga, ladang bertumpuk, beras padi dan anak muda-muda. Cahaya pertama adalah rumah tangga hendaknya dipelihara sebaik-baiknya dengan dipagari oleh adat atau tradisi.
Karena luasnya kandungan makna dan fungsi bangunan dalam kehidupan orang Melayu yang akan menjadi kebanggaan dan memberikan kesempurnaan hidup, bangunan hendaklah didirikan dengan melalui tata cara perbuatan yang sesuai dengan ketentuan adat. Dengan memakai tata cara yang tertib itu bangunan tersebut dapat disebut “Rumah sebenar Ruma”
Mengenai bentuk bangunan tradisional Melayu biasanya ditentukan oleh bentuk atapnya sebagai berikut :
1.         Rumah yang perabungnya lurus dipertengahan pucuk atap, dengan kedua bagian sisi atapnya curam ke bawah seperti huruf V  terbalik disebut atap belah bubung, bubung Melayu atau rabung Melayu.
2.         Jika atapnya curam sekali disebut lipat pandan
3.         Jika atapnya mendatar disebut lipat kajang
4.         Jika bagian bawah atap umpamanya diberi tambahan atap lain, disebut atap labu, atap layar, atap bersayap atau atap beringgam
5.         Jika perabung atap bangunan itu sejajar dengan jalan raya, disebut dengan rumah perabung panjang.
6.         Sebaliknya jika terletak tidak sejajar disebut pula rumah perabung melintang.
7.         Jika perabung bangunan itu melentik ke atas pada kedua ujungnya maka disebut dengan rumah lontik, rumah pencelang, rumah lancang.
8.         Jika atap rumah lontik bertingkat maka disebut dengan rumah goral atau gerai.
9.         Rumah atap limas yang diberi tambahan di bagian muka dan belakang dengan atap lain yang berbentuk limas pula disebut limas penuh.
10.     Tapi jika atap tambahan itu berbentuk belah burung rumah itu disebut limas berabung melayu
Dari berbagai macam bangunan di atas umumnya berbentuk persegi panjang, jarang sekali bujur sangkar, lagi pula bangunan itu dinyata sebagaI tinggi lucup kepala, rendahnya se anjing duduk yaitu mengambarkan rumah panggung.[6]

2.    Arti Simbol Dari Bagian Bangunan Melayu Riau
Adupun makna simbol dari bagian-bagian bangunan melayu Riau diantaranya ialah:
A.  Atap
Bahan utama atap adalah daun nipah dan daun rumbia, tetapi pada perkembangannya sering digunakan atap seng. Adapun berberapa arti
a.  lambang pada atap bangunan Melayu Riau diantaranya
1.      Atap kajang, bentuk atap ini berfungsi sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas. Yang memiliki makna, hendaknya sikap hidup orang melayu dapat menjadi nanungan bagi keluarga dan masyarakat.
2.      Atap layar, bentuk atap yang bertingkat disebut atap layar.
3.      Atap lontik, yaitu atap yang kedua ujung perabungnya melentik ke atas melambangkan bahwa pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya. Sedangkan lekukan pada pertengahan perabungnya melambangkan lembah kehidupan yang kadang kala penuh dengan cobaan.
4.      Atap Limas, hingga saat ini belum diketahui apa makna lambang pada bentuk atap limas, kemungkinan dahulu orang Melayu mengenal lambang pada bentuk ini, berkaitan dengan kepercayaan dalam agama Hindu dan Budha atau terpengaruh atap bangunan Eropa. Namun demik1ian bentuk limas ini sudah menjadi salah satu bentuk bangunan tradisional Melayu Riau.

bSelembayung
Selembayung juga disebut sulo bayung dan tanduk buang yang merupakan hiasan terletak bersilang pada kedua ujung perabung, bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah ada kalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung (tombak-tombak) selembayung memiliki beberapa makna antara lain:
·      Tajuk rumah : selembayung membangkitkan seri dan cahaya rumah.
·      Pekasih rumah : lambang keserasian dalam kehidupan rumah tangga.
·      Pasak atap : lambang sikap hidup yang tahu diri.
·      Tangga dewa : lambang tempat turun para dewa, mambang, akuan, soko, keramat, dan sisi yang membawa keselamatan bagi manusia.
·      Rumah beradat : tanda bahwa bangunan itu adalah tempat kediaman orang berbangsa, balai atau kediaman orang patut-patut.
·      Tuah rumah : lambang bahwa bangunan itu mendatangkan tuah pada pemiliknya.
·      Lambang keperkasaan dan wibawa : selembayung yang dilengkapi dengan tombak-tombak melambangkan keturunan dalam rumah tangga, sekaligus sebagai lambang keperkasaan dan wibawa pemiliknya.
·      Lambang kasi sayang : motif ukiran selembayung (daun-daun dan bunga) melambangkan perujudan, tahu adat dan tahu diri, berlanjutnya keturunan serta serasi dalam keluarga.

c.    Sayap layang-layang atau sayap layangan
Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap bentuknya hampir sama dengan selembayung. Letak empat sayap  layang-layang pada empat sudut cucuran atap merupakan lambang sari empat lambang hakiki, yaitu pintu rezeki, hati, budi, dan pintu ilahi

d.   Lebah bergantung
Hiasan yang terletak pada cucuran atap (Lispang) dan kadang-kadang dibawah anak tangga. Hiasan ini melambangkan manisnya kehidupan rumah tanggga, rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri.

e.    Perabung
Hiasan yang terletak pada perabung rumah / terletak sepanjang perabung disebut kuda berlari. Hiasan ini amat jarang digunakan, laizimnya hanya dipergunakan untuk perabung istana atau balai tertentu. Hiasan ini mengandung beberapa lambang, yaitu lambang kekuasaan yaitu pemilik bangunan itu adalah penguasa tertinggin di wilayahnya, dan lambang lainnya terdapat pada bentuk dan nama ukirannya.


f.     Singap / Bidai
Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang selagus  berfungsi sebagai pentilasia. Pada bagian menjorok keluar diberi lantai yang disebut teban layar atau lantai alang buang atau disebut juga undan-undan.

B.       Tiang
Bangunan tradisional Melayu adalah bangunan bertiang.  Tiang dapat berbentuk bulat atau persegi. Jumlah tiang rumah induk paling banyak 24 buah, sedangkan tiang untuk bangunan lainnya tidak ditentukan jumlahnya, pada rumah bertiang 24, tiang-tiang itu didirikan dalam 6 baris, masing-masing 4 buah tiang termasuk tiang seri
                 Lambang-lambang pada tiang :
1.    Tiangtua , melambangkan tua rumah, yaitu pimpinan bangunan itu, pimpinan didalam keluarga dan masyarakat.
2.    Tiang seri, melambangkan empat penjuru mata angin atau melambangkan datuk berempat atau induk berempat.
3.    Tiang penghulu, melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan adat istiadat, dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan didalam keluarga wajib disokong oleh anggota keluarga lainnya.
4.    Tiang tengah, tiang yang teletak diantara tiang-tiang lainya, terdapat diantara tiang tua dan tiang seri.
5.    Tiang bujang, tiang yang dibuat khusus dibagian tengah bangunan induk, tidak bersambung dari lantai sampai keloteng atau alangnya, tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri
6.    Tiang dua belas, tiang gabungan dari empat buah tiang seri, empat buah tiang tengah, dua buah tiang tengah, satu buah tiang penghulu, dan satu buah tian bujang

C.       Pintu
Disebut juga ambang atau lawang, pintu masuk dibagian muka disebut pintu muka, sedangkan pintu dibagian belakang disebut pintu dapur

D.      Jendela
Jendela lazimnya disebut tingkap atau pelinguk. Bentuknya sama seperti bentuk pintu, tetapi ukurannya lebih kecil atau lebih rendah. Daun jendela dapat terdiri atas dua atau satu lembar daun jendela. Jendela yang sengaja dibuat setinggi orang dewasa yang berdiri dari lantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik-baik dan patut-patut dan tahu ada dan tradisinya.Sedangkan yang letaknya rendah melambangkan pemiliknya orang yang ramah, selalu menerima tamu dengan ikhlas dan terbuka.
      
E.       Tangga
Tangga naik kerumah pada umumnya menghadap kejalan umum. Yang tangga berbentuk segi empat atau bulat. Bagian atas disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak diatas bendul. Anak tangga dapat dibentuk bulat atau pipih.

F.        Loteng, dalam bahasa melayu disebut langa.

G.      Lantai, lantai rumah induk pada umumnya diketam rapi dengan ukuran lebar antara 20 – 30 CM
H.      Dinding
Papan dinding dipasang fertikal kalau ada yang dipasang miring atau bersilang, pemasangan tersebut hanya untuk variasi. Untuk variasi sering pula dipasang miring searah atau miring berlawanan, dengan kemiringan rata-rata 45 derajat[7]
BAB III
KESIMPULAN

Fungsi pakaian bagi orang Melayu selain sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dingin juga mempunyai lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Dengan bersebatinyalambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahakdalam kehidupan orang Melayu. Berbagai ketentuan adat  mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat istiadat sehingga pakian berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Adapun makna dari pakaian Melayu juga dikaitkan dengan fungsinya yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala.
Pada akhirnya simbol-simbol dalam pakaian orang Melayu dapat menunjukkan identitas orang Melayu itu sendiri, mencerminkan status seseorang seperti raja, hulubalang, rakyat biasa dan lain-lain, dimana dapat mencerminkan jati diri dan kepribadian orang melayu, sebagai simbol atau lambang keluhuran seluruh masyarakat yang menunjukkan nilai-nilai sebagai manusia yang berperadaban. Dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur agama Islam, merupakan salah satu keunggulan budaya Melayu dan merupakan puncak kebudayaan Melayu yang dapat kita saksikan sekarang ini. Begitu juga dengan lambang-lambang dalam seni bangunan tradisional budaya Melayu.




DAFTAR PUSTAKA

Anawar, Dessy.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Amelia Surabaya

Budisantoso, S. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaan. Pekanbaru : Pemerintar Propinsi Daerah Tingkat I Riau
Jasmiati, Rita. Diktat Islam Tamadun Melayu. Tembilahan : STAI, 2013
http//k-youlia.blogspot.coam/2012/03/simbol-simbol-dalam-pakaian-adat.html?m=1
www.sungaikuantan.com/2010/02/makna-dan-lambang-pakaian-melayu.html?m=1
[1]http//www.Rayhannafillah92.blogspot.com/2012/05/Simbol-Simbol Pakaian [1]
http://Ansar-SeniBudaya.blogspot.com/2011/06/arsitektir-rumah-adat-melayu.html?m=1
















[1] http//k-youlia.blogspot.coam/2012/03/simbol-simbol-dalam-pakaian-adat.html?m=1
[2] Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Surabaya : Amelia Surabaya,-), Hlm.442
[3] www.sungaikuantan.com/2010/02/makna-dan-lambang-pakaian-melayu.html?m=1
[4] http//www.Rayhannafillah92.blogspot.com/2012/05/Simbol-Simbol Pakaian Melayu
[5] Rita Jasmiati,Diktat Islam Tamadun Melayu, (Tembilahan : STAI, 2013), Hlm 4-5
[6] S.Budi Santo. Dkk, Masyarakat Melayu Riau Dan Kebudayaannya, (Pekanbaru : Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat Satu Riau), Hlm. 424-427
[7]http://Ansar-SeniBudaya.blogspot.com/2011/06/arsitektir-rumah-adat-melayu.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar